Makna Kebebasan Perempuan Urban dalam Film Kontemporer Indonesia
Abstract
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis bagaimana perempuan urban memaknai kebebasan dalam visualisasi dalam sebuah film Selamat Pagi, Malam karya Lucky Suwandi, melalui penokohan tiga karakter perempuan yaitu Gia, Cik Surya, dan Indri. Permasalahan-permasalahan yang dikisahkan melalui ketiga karakter utama tersebut merupakan bentuk dari rasa kekhawatiran, kecurigaan, dan rasa takut berlebihan terhadap orang lain. Metode penelitian ini adalah multimodal discourse analysis dan analisis enam-tingkat telefilm enam tingkat karya Rick Iedem dengan pendekatan eksploratif kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa, kebebasan perempuan urban dalam film Selamat Pagi, Malam mencakup tiga aspek, yaitu bebas mengekspresikan diri, bebas menentukan pilihan hidup walaupun bersinggungan dengan nilai agama dan norma yang berlaku, dan bebas memaknai kesetaraan gender.
References
[2] Adinda Mei Az Zahrawaani, “Karakteristik Masyarakat Urban dalam Film Annabelle (2014) dan Film The Doll (2016): Sebuah Kajian Bandingan,” Universitas Diponogoro, 2021.
[3] Monavia Ayu Rizaty, “Sebanyak 56,7% Penduduk Indonesia Tinggal di Perkotaan pada 2020 ,” Databoks. Accessed: Apr. 29, 2022. [Online]. Available: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/18/sebanyak-567-penduduk-indonesia-tinggal-di-perkotaan-pada-2020
[4] BPS Provinsi DKI Jakarta, “Profil Pekerja Provinsi DKI Jakarta,” Jakarta, 2020.
[5] M. A. Ghofur, L. Fianto, and E. B. Adi, “Jakarta dan Masyarakat Urban dalam Film Jakarta vs Everybody,” J. Komun. Nusant., vol. 5, no. 1, pp. 128–137, 2023, doi: 10.33366/jkn.v5i1.306.
[6] M. N. Islami, “Representasi Masyarakat Urban Jakarta dalam Film Jakarta Maghrib,” Commonline, vol. 2, no. 2, pp. 84–95, 2011.
[7] K. Anwar, “Representasi Konsumerisme Masyarakat Urban dalam Film Filosofi Kopi,” Universitas Islam Indonesia, 2017.
[8] A. P. Ramadhanu, “Visualisasi Fenomena Urban dalam Film Get Up Stand Up,” Institut Seni Indonesia Surakarta, 2017.
[9] R. C. Dayanty, “Penggambaran Gaya Hidup Konsumtif di Film ‘Selamat Pagi, Malam,’” Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, 2016.
[10] Y. Indah, “Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud Tokoh Ci Surya dalam Film ‘Selamat Pagi, Malam,’” Universitas Jember, 2019.
[11] A. Pramesti, Herlily, and K. R. Kurniawan, “Woman and the City: Interrogating Jakarta’s gender issues and occupation of urban space through cinematic representation,” AIP Conf. Proc., vol. 2230, no. May, 2020, doi: 10.1063/5.0005967.
[12] A. Eka Kusuma et al., “Multimodalitas Wacana Kritis Keagamaan dalam Komik Aji Prasetyo,” 2022. [Online]. Available: https://journal.universitasbumigora.ac.id/index.php/sasak/workflow/index/868/5.
[13] E. Pujadiharja, “Kajian Multimodal Teks Tubuh Perempuan dalam Film Dokumenter Nona Nyonya? Karya Lucky Kuswandi,” Visualita, vol. 5, no. 1, pp. 44–64, 2013, doi: 10.33375/vslt.v5i1.1103.
[14] M. Rychlowska, R. E. Jack, O. G. B. Garrod, P. G. Schyns, J. D. Martin, and P. M. Niedenthal, “Functional Smiles: Tools for Love, Sympathy, and War,” Psychol. Sci., vol. 28, no. 9, pp. 1259–1270, Sep. 2017, doi: 10.1177/0956797617706082.
[15] E. Sumaryanto and M. Ibrahim, “Intercultural Communication In Frame Adaptation Theories,” Nusant. Hasana J., vol. 3, no. 2, pp. 42–51, 2023.
[16] V. Anjani Abdullah, “Arisan Sebagai Gaya Hidup (Sebuah Kritik Terhadap Masyarakat Konsumtif Perkotaan),” J. Komun., vol. 11, no. 1, pp. 17–28, 2016, doi: 10.20885/komunikasi.vol11.iss1.art2.
[17] I. Rosida, “Tubuh Perempuan dalam Budaya Konsumen: Antara Kesenangan Diri, Status Sosial, dan Nilai Patriarki,” J. Antropol. Isu-Isu Sos. Budaya, vol. 20, no. 1, p. 85, 2018, doi: 10.25077/jantro.v20.n1.p85-101.2018.
[18] T. Alawiyah and N. Liata, “Mall dan Perilaku Konsumtif Masyarakat Urban,” J. Sosiol. Agama Indones., vol. 1, no. 2, pp. 161–181, 2020, doi: 10.22373/jsai.v1i2.526.
[19] I. Rezkisari, “Jakarta Jadi Salah Satu Kota Paling Berbahaya Bagi Perempuan,” Republika. [Online]. Available: https://news.republika.co.id/berita/nefcz9/jakarta-jadi-salah-satu-kota-paling-berbahaya-bagi-perempuan
[20] A. W. Putri, “Jakarta Masuk 10 Kota Paling Tak Aman Bagi Perempuan.” [Online]. Available: https://tirto.id/cAcJ
[21] Q. Tanti, “Tak Terduga! Ternyata Jakarta Masuk 5 Kota Paling Tidak Ramah Solo Traveler Wanita, Begini Penjelasannya,” Sonora.id. [Online]. Available: https://www.sonora.id/read/423149868/tak-terduga-ternyata-jakarta-masuk-5-kota-paling-tidak-ramah-solo-traveler-wanita-begini-penjelasannya
[22] Hoerul Ahmad Ansyori and A. Satriani, “Model Terpaan Berita Kriminalitas terhadap Tingkat Kecemasan,” Bandung Conf. Ser. Journal., vol. 3, no. 2, pp. 124–129, 2023, doi: 10.29313/bcsj.v3i2.8025.
[23] S. E. Yuniawa, B. L. Wungubelen, and H. Saharudin, “Pengaruh Tayangan Berita Kriminal Terhadap Kecemasan Ibu Rumah Tangga akan Tindak Kejahatan pada Anak,” J. Penelit. Pengkaj. Ilm. Mhs., vol. 2 No. 4, no. 1, pp. 58–64, 2021, [Online]. Available: http://psikovidya.wisnuwardhana.ac.id/index.php/psikovidya/article/view/91%0Ahttps://psikovidya.wisnuwardhana.ac.id/index.php/psikovidya/article/download/91/76
[24] R. P. Bastari and A. T. H. Siregar, “Urban Paranoia II,” J. Vis. Art Des., vol. 9, no. 1, pp. 28–37, 2017, doi: 10.5614/j.vad.2017.9.1.3.
[25] R. Aditia, “Konstruksi Makna Kebebasan Wanita pada Iklan Tri (3) di Televisi,” J. online Mhs. Fisip, vol. 3, no. 2, pp. 1–16, 2016.
[26] I. Ismanto, “Budaya Selfie Masyarakat Urban Kajian Estetika Fotografi, Cyber Culture, dan Semiotika Visual,” REKAM J. Fotogr. Telev. dan Animasi, vol. 14, no. 1, p. 67, 2018, doi: 10.24821/rekam.v14i1.2138.
[27] A. Gatot, “Drupadi: Representasi Perempuan Urban dalam Musik Video Drupadi Melantun Karya Drupadi.id,” Urban J. Seni Urban, vol. 3, no. 2, pp. 99–120, 2020, doi: 10.52969/jsu.v3i2.35.
[28] A. Saptyasari, “Representasi Perempuan Urban dalam Film Mengejar Mas Mas,” no. August, 2022.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.